Showing posts with label aparat hukum. Show all posts
Showing posts with label aparat hukum. Show all posts

Friday, 15 March 2024

Perlindungan Hukum Berpendapat: Menghormati Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Batasan yang Sah

Perlindungan Hukum Berpendapat: Menghormati Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Batasan yang Sah

Kebebasan mengemukakan berpendapat secara tertulis dan atau didepan umum merupakan salah satu hak asasi manusia yang utama dalam kehidupan masyarakat yang demokratis. Namun, seperti halnya hak-hak lainnya, perlu diketahui bersama bahwa kebebasan berpendapat siftanya tidak bersifat absolut. Dalam konteks perlindungan hukum berpendapat, penting untuk memahami adanya suatu kerangka batasan-batasan yang diperkenankan sesuai kepatutan dan ketertiban umum secara sah yang mengatur hak tersebut. Artikel ini bertujuan untuk membahas perlindungan hukum berpendapat dan batasan yang sah dalam konteks kebebasan berpendapat.

1. Pemahaman Konsep Kebebasan Berpendapat

Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu dalam menyampaikan ide, pendapat, gagasan, dan keyakinannya tanpa adanya kekhawatiran, takut akan tindakan atau pembatasan yang tidak sah dari pihak pemerintah atau pihak lainnya. Hak yang melakat pada setiap individu ini telah diakui secara universal di berbagai instrumen hukum internasional, termasuk didalamnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB dan Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

2. Kerangka Batasan yang Sah

Meskipun kebebasan berpendapat diakui sebagai salah satu hak asasi manusia yang paling fundamental, namun terdapat batasan-batasan yang mengaturnya secara sah untuk dapat diterapkan guna menjaga kepentingan umum, ketertiban, kesopanan dan penghormatan terhadap hak-hak orang lain. Adapun batasan tersebut mencakup:

  • Larangan Penghasutan dan Kekerasan: Dilarang untuk menghasut, mengajak pada  kekerasan atau tindakan anarki melalui penyebaran ide, gagasan, ideologi atau retorika yang merugikan ketertiban umum.
  • Pelarangan Penyebaran Ujaran Kebencian: Penyampaian pendapat dimuka umum dan atau secara tertulis yang menyebar kebencian terhadap kelompok etnis, agama, atau komunitas tertentu hal ini dilarang, karena dapat mengganggu kerukunan, kesatuan  dan mengganggu ketertiban dan keamanan publik.
  • Penindakan Terhadap Fitnah dan Pencemaran Nama Baik: Menyebar fitnah, berita bohong, HOAX atau informasi palsu yang menyesatkan sehingga merugikan reputasi individu atau kelompok juga merupakan pelanggaran terhadap batasan yang sah dalam kebebasan berpendapat.

3. Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab

Perlindungan hukum dalam kebebasan berpendapat mencakup penegakan hak-hak individu dalam menyuarakan pendapat mereka tanpa khawatir terhadap setiap tindakan represif atau pembatasan dari pihak lain. Setiap Individu harus bertanggung jawab  dalam menggunakan hak berpendapat mereka secara santun dan memperhatikan koridor-koridor hukum serta norma yang berlaku di masyarakat, menghindari penyalahgunaan yang dapat merugikan hak subyektif orang lain dan atau melawan hukum.

4. Penegakan Hukum yang Adil dan Proporsional

Aparat penegak hukum memiliki tanggung jawab guna memastikan penegakan hukum secara adil dan proporsional terhadap setiap pelanggaran terkait kebebasan berpendapat. Dimulai dari proses penyelidikan, penyidikan yang cermat terhadap laporan pelanggaran, serta adanya penerapan hukuman yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

5. Kesimpulan

Dalam masyarakat demokratis, perlindungan hukum terhadap kebebasan berpendapat merupakan hal yang paling utama bagi keberlangsungan sistem demokrasi di dalam suatu pemerintahan atau kehidupan lokal masyarakat itu sendiri yang inklusif dan beradab. Dengan pemahaman dan penerapan kerangka batasan yang sah serta penghormatan atas hak-hak individu, kita dapat menciptakan kehidupan demokrasi di mana setiap orang  mengutarakan pendapatnya secara bebas, sambil tetap memperhatikan kepentingan umum, ketertiban, kesopanan dan hak-hak subyektif orang lain.

Salam

Tim AHP ADVOKAT


Penanganan Kebakaran Hutan dan Perlindungan Lingkungan: Peraturan dan Tanggung Jawab

Penanganan Kebakaran Hutan dan Perlindungan Lingkungan: Peraturan dan Tanggung Jawab

Kejadian kebakaran hutan merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan lingkungan dan kehidupan manusia. Dampaknya tidak hanya terasa pada keberlangsungan lingkungan lokal, tetapi juga mencakup ekosistem kerusakan lingkungan yang luas, hilangnya keanekaragaman hayati, dan paling terdampak adalah dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat akibat polusi udara. Oleh karena itu, segala bentuk penanganan kebakaran hutan harus  menjadi perhatian utama. Dalam artikel ringkas ini, kita akan mengulas beberapa aspek hukum terkait penanganan kebakaran hutan dan perlindungan lingkungan hidup.

1. Regulasi Perlindungan Lingkungan dan Penanganan Kebakaran Hutan

Di Indonesia, penerapan terhadap undang-undang dan regulasi pelaksanaan atas undang-udang  telah diberlakukan untuk melindungi lingkungan dan mengatur penanganan kebakaran hutan. Beberapa aturan hukum diantaranya:

  • Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang;
  • Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
  • Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; dan 
  • Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.32/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.  

beberapa aturan hukum  diatas memberikan dasar hukum bagi upaya penanganan dan pengendalian  kebakaran hutan serta menetapkan sanksi bagi pelanggaran yang terkait.

2. Tanggung Jawab Pemerintah dan Pihak Terkait

Pemerintah memiliki peran dan tanggung jawab utama dalam penanganan kebakaran hutan dan perlindungan lingkungan. Termasuk didalamnya mencakup mengenai penyusunan kebijakan, alokasi sumber daya, dan koordinasi antarinstansi terkait. Selain disisi pengaturan kebijakan dan hukum pemerintah juga bertanggung jawab dalam memberlakukan sanksi tegas terhadap setiap pelanggar hukum yang menyebabkan atau tidak mencegah terjadinya kebakaran hutan.

Lebih lanjut selain peran dari pemerintah, pihak terkait lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan swasta, dan masyarakat sekitar juga sangat memiliki arti dalam upaya pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan perlindungan lingkungan. Setiap pemangku kepentingan  dapat berkontribusi melalui partisipasi  di setiap  program pemantauan lingkungan, penyuluhan tentang bahaya kebakaran hutan, dan kajian-kajian akademis.

3. Sanksi dan Penegakan Hukum

Supaya efektif dan memberikan efek jera, pengaturan dan implementasi regulasi yang terkait dengan penanganan kebakaran hutan dan perlindungan lingkungan harus didukung oleh sanksi yang tegas dan penegakan hukum yang kuat tanpa tebang pilih. Tidak hanya sanksi berupa  denda tapi juga berupa penuntutan pidana, dan sanksi administratif terhadap individu atau entitas yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan, baik karena kelalaian dan atau kesengajaannya.

4. Kolaborasi Internasional

Kebakaran hutan seringkali tidak mengenal batas-batas wilayah terdampak. Oleh karena itu, kerjasama lintas sektoral dalam penanganan kebakaran hutan sangat penting. 

Dengan mengintegrasikan secara utuh dari aspek hukum, tanggung jawab pemerintah, keterlibatan pihak terkait, sanksi yang tegas, dan kerjasama lintas sektoral, mendorong upaya penanganan kebakaran hutan dan perlindungan lingkungan  menjadi lebih efektif dan berkelanjutan. Upaya-upaya ini dilakukan secara simultan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia di masa depan.

Salam

Tim AHP ADVOKAT


Monday, 24 September 2018

PERIHAL PENAHAHAN


PERIHAL PENAHAHAN

Seringkali proses penegakan hukum oleh aparat hukum terhadap seseorang yang diduga melakukan tindakan pidana disertai dengan Penahanan. Sebenarnya apakah tindakan penahanan itu dan bagaimanakah pengaturannya menurut KUHAP??


Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya. Jadi tindakan penahanan dapat dilakukan oleh penyidik (untuk kepentingan penyidikan), penuntut umum (kepentingan penuntutan) atau Hakim (kepentingan pemeriksaan di pengadilan). Dari sini dapat kita cermati bahwa hanya penyidik, penuntut umum dan hakim lah yang memiliki kewenangan kepada tersangka atau terdakwa untuk dilakukan penahanan terhadapnya. Bagaimanakah dengan penyelidik? Apakah juga berwenang melakukan penahanan? Penyelidik juga berwenang melakukan penahanan tentunya dengan adanya perintah penyidik dan atas tindakannya tersebut penyelidik harus membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakannya kepada penyidik.

 
Penahanan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. Dari keterangan ini dapat dikaji bahwa penahanan dapat bersifat subyektif.

 
Dengan kata lain dapat dimaknai bahwa jika penyidik menilai tersangka/terdakwa tidak akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau mengulangi tindak pidana maka terhadap tersangka/terdakwa tidak perlu ditahan.

Sementara dengan mengacu pada  Pasal 21 ayat (4) KUHAP menyatakan, “Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;

b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).”

Pasal 21 ayat (4) KUHAP ini dikenal dengan syarat objektif. Artinya terdapat suatu ukuran / standart jelas yang diatur dalam undang-undang agar tersangka atau terdakwa dapat dilakukan penahanan

Kesimpulan bahwa:
Penahanan tidak wajib dilakukan terhadap tersangka/terdakwa. Penahanan dilakukan jika memenuhi syarat penahanan sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP (syarat objektif) dan memenuhi keadaan-keadaan sebagaimana dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP (syarat subjektif)

Salam
AFH

 
Sekilas aktifitas dari Aslam Hasan & Partners
Aktifitas Aslam Hasan & Partners dengan profesionalitas penanganan yang terbaik dan tuntas. Kami berupaya maksimal sebagai berikut:
  1. Legal Due Diligence / Legal Audit dan memberikan Legal Opini untuk setiap transaksi yang akan, sedang maupun telah dilakukan oleh Klien
  2. Menjadi Penasehat Hukum bagi perorangan maupun perusahaan atau lembaga lain.
  3. Kegiatan Advokat (mendampingi Klien di Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan maupun di luar Pengadilan).
  4. Membantu membuat, menyusun dan menyiapkan Draft Perjanjian, Surat Kuasa, Memory of Understanding (MoU)
  5. Menyiapkan segala upaya penyelesaian hukum baik litigasi maupun non-litigasi.
  6. Menyelesaikan perselisihan/sengketa dibidang Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara, Ketenagakerjaan, Perpajakan dan Kepailitan
  7. Membantu pengurusan perijinan-perijinan yang berhubungan dengan perusahaan dan lain-lain.
  8. Membantu membuat permohonan kredit bank, Kelayakan Usaha, penanganan dan penyelesaian kredit bermasalah, peningkatan jaminan serta eksekusi jaminan.
  9. Khusus dibidang ketenagakerjaan kami menangani penyelesaian perselisihan perburuhan, pembuatan peraturan perusahaan (PP), membuat Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), termasuk mendampingi dalam berbagai negosiasi.
Salam
 
AFH